BN-Online. Makassar - Pemerataan pendidikan akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di mata publik, bagaimana tidak banyak dari saudara-saudara kita yang ingin menikmati pendidikan namun belum dapat tersentuh oleh subjek sekaligus objek dari pengetahuan ini.
Terbatasnya wadah yang disebut sekolah hingga biaya untuk menutupi hal tersebut menjadi alasan utama banyak anak-anak putus sekolah hingga memilih jalan lain untuk bertahan hidup dan mendapatkan ilmu yang lebih banyak.
Jadi, bagaimana jika telah ada tempat dan biaya yang di tanggung pemerintah untuk mengenyam pendidikan? apakah masih ada alasan untuk tidak melanjutkan kesekolah? secara umum jika menjadikan itu sebagai standar maka dapat dikatakn semua anak-anak negeri bisa menikmati pendidikan. Akan tetapi, apakah ilmu pengetahuan dapat tersampaikan dengam baik? Jawabannya iya, jika kondisi belajar cukup nyaman.
Akan tetapi, 180 derajat berbanding terbalik dengan kondisi salah satu sekolah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) yang terletak ditengah-tengah kota makassar ini. Sekolah MIS ini memiliki jumlah murid diatas 100-an, Namun sungguh disayangkan, sekolah ini jika dipandang dari luar jalan raya terlihat seperti rumah penduduk yg sudah tdk layat dihuni.
Menurut pantauan awak media, setelah berjalan mendekat kesekolah tersebut hingga masuk dan menyaksikan suasana belajar, ternyata semangat para siswa sangat antusias menerima pelajaran dari guru.
Ruangan sekolah yg berlantai dua dengan rumah gubuk kayu yg tidak layak pakai beserta dinding triples yg sudah hancur, .beralaskan papan, terlihat palpon langsung dari atap seng. Sungguh sekolah yang sangat memprihatinkan jika di bandingkan dengan perkembangan kota Makassar yang terbilang cukup baik.
Pertanyaannya? Bagaiaman mungkin pemerintah atau tyang terkait melihat sekolah ini diam dan begitu saja tanpa adaa perhatian? Bagaimana nasib generasi bangsa dengan sejuta harapan yang tengah belajar di bawah atapnya yang panas? akankah ia akan tetap optimis belajar dengan situasi yang seperti itu.
MIS yang didirikan sejak 2013 ini jika ditinjau dari segala hal sungguh sangat miris, perlu adanya perhatian dan kasih sayang bagi meraka generasi penerus bangsa. (Arc)
Penulis : Arching
Editor : Yayat