Minggu, 04 Juni 2017

Bagus Untuk Rakyat Sulsel, Zimak Profil Cagub Sulsel, Agus Arifin Nu'mang

Tags

Minggu, 04 Juni 2017 | 14:30 | Wita



          

BN Online, Makassar----. H. Agus Arifin Nu'mang, M.S. (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 16 Agustus 1963; umur 54 tahun) adalah Wakil Gubernur Sulawesi Selatan yang menjabat sejak 2008 sampai sekarang.

Agus pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sulawesi Selatan sejak 2003 hingga 2004 dan Ketua DPRD Sulawesi Selatan sejak 2004 hingga 2008.

Dia insinyur pertanian dengan gelar master sains di bidang yang sama. Dia lalu berkarier jadi dosen, sebelum mundur penuh untuk berpolitik.

Mendiang bapaknya, Kolonel (purn) Arifin Nu’mang adalah kepala daerah yang melambungkan nama Sidenreng Rappang, Sidrap, Sulsel sebagai salah satu lumbung beras besar di bagian timur Indonesia, awal dekade 1980-an.

Awal Juli 2007silam, bersama dua anak lelakinya yang belum lagi remaja saat itu, Agus kembali merubut jasa-jasa mendiang bapaknya memajukan sektor pangan kabupaten berjarak 189 km dari kota provinsi.

Di hadapan puluhan tokoh dan ratusan warga, Ketua DPRD Sulsel ini berjanji, meneruskan visi mulia ayahnya. Itu, jika kelak dia terpilih sebagai Wakil Gubernur Sulsel periode 2007-2013.

Di mata jurnalis politik tertentu, Agus mengesankan diri politisi dingin. Berpenampilan rapi ciri khasnya. JIka bertutur, kata dan kalimat terukur. Karena berbasis fakta dan data, Gagasan politik selalu aktual dan analitik.

Itulah yang mengkonfirmasikan, dia kawan bicara yang enak.

Meski menjadi pe-rally mobil dan menyandang ketua Makassar Golf Klub, dan ketua kominitas mobil multimedan, tak menjadikan Agus elitis. Dia egaliter. Bisa diterima di semua level sosial.

Berlatar belakang akademisi, dan tetap memelihara tradisi intelektual menjadikannya tetap kritis dalam menilai atau menyikapi satu soal, meski harus berhadapan dengan pemerintah yang notabene adalah representasi partainya.

Sejak Juni 2007 lalu, Agus Arifin Nu’mang menambah sekaligus mengurangi predikat politiknya.

Bertambah, karena keputusannya mendampingi calon Gubernur Syahrul Yasin Limpo, menjadikannya tokoh Sulsel yang setiap laku, kata, ucapan, dan seremoniya dilansir media. Dan itu setiap hari.

Sepekan terakhir saat itu, Agus kembali larut dalam pusaran konflik politik etik level elite di Sulsel.

Atasan sekaligus pesaingnya, Amin Syam, gubernur incumbent yang juga Ketua DPD Golkar Sulsel, kembali mengungkit agenda strategis partai itu untuk mengkaji posisi Agus sebagai sekretaris non-aktif.

Kajian yang sarat nuansa politis ini bisa berdampak serius bagi karier politik Agus.

Tuduhan melanggar “izin prinsip” rekomendasi untuk menjadi pesaing paket Amin Syam-Mansyur Ramly, bisa mengakibatkan statusnya sebagai elite Golkar jatuh menjadi anggota biasa.

Bahkan, jika tuduhan mencemarkan nama kandidat partai terbukti, dia bisa dipecat sebagai kader Beringin.

Ini berarti petaka bagi agenda dan kerier politiknya. Kapasitas dan potensinya untuk memimpin Golkar Sulsel bisa rampung. Tuntas.

Setidaknya jika dia dan Syahrul yang juga kader Golkar, gagal meyakinkan setengah dari sekitar 5,2 juta pemilih dalam pilkada, 5 November 2007 nanti.


Namun Agus, sudah menjalani seni meyakinkan orang banyak itu.

Perjalanan itu menjadi berseni sebab di tengah konsentrasinya meyakinkan kembali konstituen dan simpatisannya, dia harus bisa membatasi diri berkomunikasi dengan kolega, jaringan di Golkar, dan para loyalisnya.

Dalam bahasa lain, Agus tengah bertarung dengan kerasnya sistem politik partai.

Dia tengah menguji pengalaman dan strateginya memanfaatkan potensi diri, kolega, dan jaringan itu, tanpa terdeteksi oleh kebijakan partai yang ukurannya sangat politis dan sarat kepentingan kekuasaan.

Diibaratkan pemain catur, Agus yang memang menjabat Ketua Persatuan Olah Catur Indonesia (Percasi) Sulsel saat itu, ia tengah memainkan seni politik di atas papan catur.

Dan sepekan terakhir, dia berkonsentrasi di pertempuran papan tengah.

Sebagai kader Golkar, Agus memilih memainkan bidak hitam.

Di papan yang identik dengan pertahanan ini dia memainkan babak kedua pertarungan politiknya setelah sejak pertengahan tahun lalu hingga April lalu, dia bermain di papan putih, papan berkonotasi menyerang.

Menyerang, sebab di saat-saat Amin Syam, ketua partai Golkar berhadapan dengan pilihan; didampingi kader Golkar atau non-Golkar di Pilkada, Agus terus bermanuver. Namun pilihan tetap pada Amin. Dan permainan remis. Seri begitu.

Amin memilih didampingi Mansyur. Sedangkan Agus memilih mendampingi Syahrul, wakil gubernur incumbent. Dalam pemerintahan, sejatinya Syahrul memainkan peran dan fungsi perdana menteri.

Mengatur tata laksana pemerintahan dengan mengorganisir lembaga dan aparatur bawahannya, dengan terus mengacu kepada kebijakan raja, si gubernur incumbent.

Meski bidak hitam menjadi pilihannya, namun Agus memilih “menyerang”. Queen’s gambit opening, (pembukaan gambit perdana menteri) jadi pilihannya. Dia memilih karakter papan pertahanan, namun membuka permainan dengan serangan.

“Pak Agus sangat senang pembukaan gambit menteri,” kata M Wasir Thalib, yang saat itu sebagai Sekretaris Agus di Pengda Percasi Sulsel, beberapa waktu lalu.

Wasir mengaku kerap bermain catur dengan Agus, dan melihat Agus seperti pemain catur berpengalaman lainnya, susah ditebak.

Menghadapi konflik kepentingan ini, Agus memilih bereaksi dengan diam atau kadang hanya menjawab dengan senyum. Sebagai politisi yang sadar publisitas positif, Agus punya alasan diplomatif , selain “no comment.”

“Saya merasa tak pernah melanggar aturan partai. Semua sesuai prosedur,” demikian reaksi Agus menjawab tuntutan cover both side para jurnalis politik. Jawaban klise dan normatif memang ampuh untuk menghindari pusaran polemik dan konflik, dan sejauh ini, dia bisa memainkan itu.

Bahwa ada yang kalah, menang, atau remis dalam permainan itu, toh itu tetap permainan.

“Catur dan politik,” kata Franklin,”adalah niat dan suasana hati kita saat memainkannya.” Seperti hidup, lanjut Franklin, catur dan politik hanyalah sarana menghargai kebebasan berpikir dan pilihan hidup.

Keluarga

Nama Istri : Dr. Ir. Hj. A. Majdah M. Zain, M.Si
Jumlah anak : 5 (lima) Orang

Riwayat Pendidikan

SD Negeri 1 Pangkajene Sidrap, Tahun 1975
SMP Negeri 6 Makassar Tahun 1979
SMA Negeri 1 Makasar Tahun 1982
Sarjana Sosek Pertanian UNHAS (S.1) Tahun 1988
Pasca Sarjana Ekonomi Sumberdaya/Agribisnis (S.2) Tahun 1992

Pengalaman Organisasi

Wakil Ketua PD XIX FKPPI Sulawesi Selatan Tahun 1988-1994
Sekretaris Dewan Penasehat PD.XIX FKPPI Sulawesi Selatan Tahun 1994-1998
Wakil Ketua DPD KNPI TK-I Sulawesi Selatan Tahun 1991-1994
Anggota Dewan Paripurna DHD Angkatan 45 Sulawesi Selatan Tahun 1993-1997.
Wakil Ketua DPD AMPI TK-I Sulawesi Selatan 1994-1999
Ketua Biro Pemenangan Pemilu DPD-I Partai Golkar Sulawesi Selatan Tahun 1993-1998
Sekretaris DPD Partai Golkar Sulawesi Selatan Tahun 1998-2007
Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Provinsi. Sulawesi Selatan 1999-2004
Ketua AMPG Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003-2007.
Ketua Pengda Persatuan Gulat Seluruh Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2003-2007.
Penasehat Fraksi Partai GOLKAR DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2004-2008.
Ketua WANHAT IPWI Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005-2008.
Ketua PERCASI Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005-2009.
Ketua IPHI Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005-2009.
Ketua PPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005-2010.
Ketua IKA SMANSA Makasar Tahun 2005-2010.
Ketua INDONESIA OFFROAD FEDERASITION (IOF)

Pengalaman Pekerjaan

Dosen Fakultas Pertanian UNHAS Makasar Tahun 1988-2000
Direktur CV Raktelindo Merdeka Tahun 1993 sampai sekarang
Komisaris PT.Raktelindo Mitratama Tahun 1996 sampai sekarang
Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 1999-2004
Wakil Ketua DPRD Tahun 2003-2004
Anggot DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2004-2007
Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2004-2007
Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 sampai sekarang(*)


Editor : BN | Sulsel | Dny


News Of This Week