BN Online Bandung--. Satu hal menarik bagi Hj Liestiaty F Nurdin saat bertandang ke "The Great Asia Africa", Rabu (03/12/20). Destinasi wisata yang berlokasi di Jalan Raya Lembang Nomor 71, Gudangkahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (JaBar) itu mengingatkan dirinya pada salah satu destinasi wisata di Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan (SulSel).
Terutama saat Ketua Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) SulSel itu menyaksikan pemandangan taman yang dipenuhi bunga-bunga. Kenangan itu menurutnya menyemangati dirinya untuk terus menggairahkan sektor pariwisata di SulSel.
Adalah Mini Showfarm, disebut-sebut sebagai miniatur taman bunga nan cantik serta menyimpan pesona tersendiri. Tak lengkap rasanya jika ke Bantaeng, belum ke destinasi yang berada di Dusun Bangkeng Bonto, Desa Bonto Marannu, Kecamatan Ulu Ere.
"Waktu itu masih Ketua PKK di Bantaeng, Saya bilang kalau ke Bantaeng dan lihat Mini Showfarm, seindah itulah Bantaeng. Sekitar 10 tahun lalu ya, tempat wisata itu kita bangun, buah dari keluar dan melihat daerah orang, kita juga bisa dan Alhamdulillah jadi primadona", ujar dia yang juga menjabat Ketua PKK Provinsi SulSel sejak 2018.
Mantan Ketua PKK Kabupaten Bantaeng pada 12 tahun silam itu, banyak berkontribusi terhadap pengembangan kepariwisataan, tak hanya Bantaeng saja, namun sudah berskala SulSel. Betapa tidak, kepopuleran Mini Showfarm telah memicu Kabupaten/Kota lainnya di SulSel membangun destinasi serupa.
Destinasi semacam itu memikat hampir semua kalangan, utamanya milenial. Seiring berkembangnya teknologi, gaya berwisata pun mulai bergeser dengan bangkitnya keinginan untuk mendokumentasikan kunjungan para wisatawan secara pribadi melalui selfie photo.
"Saya ingat, kalau ke Mini Showfarm itu, selalu ada foto baru yang keren-keren. Di sana kan kita tanam beragam jenis bunga, kita juga siapkan pembibitan untuk regenerasi di taman dan ada juga bunga yang bisa dibeli pengunjung", jelasnya.
Ditambahkan, destinasi sekelas The Great Asia Africa layaknya juga bisa dinikmati masyarakat SulSel tanpa harus keluar provinsi. Dan tak kalah pentingnya, kolaboratif antar destinasi dalam sebuah tour wisata yang diharapkannya mampu memanjakan wisatawan berlama-lama hingga membelanjakan uangnya.
Dengan begitu, sektor lain khususnya ekonomi dapat berakselerasi lebih cepat. Apalagi kata Lies, Pandemi COVID-19 yang belum dapat diprediksi ujungnya dibutuhkan inovasi pada sektor pariwisata.
Terkait potensi yang dimiliki The Great Asia Africa, Sekretaris Dekranasda SulSel sekaligus sebagai Kepala Bidang Pengembangan dan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan SulSel, Syamsuniar Malik mengatakan bahwa SulSel tak kalah indahnya dengan JaBar.
"Kita punya Malino yang kaya akan bunga-bunga, disebutlah Kota Bunga. Alhamdulillah sejak diberlakukannya Era Normal Baru, tingkat kunjungan wisatawan berangsur-angsur mulai membaik, protokol kesehatan menjadi wajib disemua destinasi wisata", ungkapnya.
Syam juga berharap sama, agar ke depannya para Pelaku Wisata di SulSel dapat mencontoh sinergitas yang terbangun di Bandung. Memenuhi itu, Pemerintah kata dia, membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang lazim disebut pentahelix pariwisata.
"Di sektor pariwisata, dikenal juga pentahelix pariwisata. Di situ ada Academia, Business, Comunity, Goverment dan Media, jika kelimanya saling menyokong, Inshaa Allah kita bisa", tegasnya.
Untuk pemasaran sendiri, pihaknya gencar mempromosikan destinasi wisata unggulan dari 24 Kabupaten/Kota. Sehingga pasca Pandemi COVID-19 kelak, wisatawan tinggal memilih tempat untuk dikunjungi.
Edhy