BN Online, Jakarta - Puluhan mahasiswa asal Sulawesi Tenggara (Sultra) yang tergabung dalam lembaga Lingkar Kajian Kehutanan (LINK) Sultra mendapatkan tindakan represif dari pihak aparat kepolisian dan tim keamanan (security) Kantor BEI, Jumat (17/12/2021)
Tak hanya aparat kepolisian dan keamanan BEI, Massa aksi juga dipukuli puluhan pria tak dikenal yang diduga merupakan preman sewaan perusahaan asing asal Cina itu.
Ketua Umum Link Sultra, Muh. Andriansyah Husen mengungkapkan, sejak awal melakukan aksi demonstrasi di dua titik sebelumnya yakni Kantor Kementerian Investasi RI dan Mabes Polri berlangsung damai.
Namun, lanjutnya, di titik aksi ketiga yakni di kantor pusat PT VDNI yang berada di kawasan SCBD tepatnya BEI, tetiba saja aparat kepolisian dan tim keamanan BEI melakukan tindakan represif terhadap demonstran.
Aktivis yang populer dengan sapaan Binggo ini menjelaskan, bahwa dalam kondisi hujan lebat, pihaknya didorong aparat kepolisian dan tim keamanan BEI. Bahkan, dirinya bersama rekan-rekannya yang mencoba menghindari kericuhan tersebut justru dikejar orang tak dikenal yang diduga preman, sembari dipukuli dan ditendang.
Lebih lanjut, aktivis lingkungan ini menyayangkan sikap managemen PT VDNI yang terkesan sudah mempersiapkan preman untuk menghadang perjuangan mereka dalam menyelamatkan keberlangsungan hidup masyarakat di lingkar tambang.
Bagaimana tidak, teror pencemaran lingkungan PT VDNI dan PT OSS, masyarakat Kabupaten Konawe dan Konawe Utara yang berdomisili di lingkar tambang, paling merasakan dampak buruknya. Mulai dari serangan penyakit Ispa akibat debu batu bara, hingga hilangnya mata pencaharian warga karena tambak yang dicemari limbah B3 perusahaan asing tersebut.
"Sangat disayangkan, pihak kepolisian dan keamanan BEI melakukan tindakan represif kepada kami. Bahkan, sekelompok orang tak dikenal yang diduga preman turut mengejar dan memukuli teman-teman kami. Jika benar para preman ini sengaja disiapkan untuk menghalau perjuangan kami, maka sangat disayangkan pihak perusahaan masih melakukannya tindakan-tindakan premanisme," ujar Binggo.
"Dan tindakan represif ini tak akan menurunkan semangat juang kami. PT VDNI dan PT OSS harus bertanggungjawab atas teror kejahatan lingkungan yang mereka lakukan, dua perusahaan asing itu harus segera angkat kaki dari bumi anoa," tegasnya.
Binggo juga menyebutkan, bahwa aksi di Kantor Kementerian Investasi, pihaknya ditemui langsung oleh Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia.
"Pak Bahlil sendiri yang menemui kami dan membahas persoalan teror kejahatan lingkungan yang dilakukan PT VDNI dan PT OSS. Selepas dari itu kami ke BEI di kantor PT VDNI, dan di sanalah kami mendapatkan tindakan represif dari pihak kepolisian dan kemananan BEI," ungkap Andriansyah.
Menurutnya, jika kematian adalah jalan untuk menentukan kebenenaran, maka dirinya bersama rekan-rekannya akan menempuh jalan itu, demi kepentingan masyarakat.
Andriansyah menegaskan, dirinya akan melakukan konsolidasi masif untuk kembali melakukan aksi demonstrasi lebih besar.
"Tunggu. Sekarang kami telah melakukan konsolidasi ke setiap universitas yang ada di Jakarta. Sekali lagi saya tegaskan, kami tak akan gentar sedikiti pun," tegasnya.
Sementara itu, Menteri Investasi RI, Bahlil Lahadalia meminta kerja sama Link Sultra untuk mengatasi kasus teror kejahatan lingkungan PT VDNI dan PT OSS.
"Oke dinda, sekarang kita kerja sama, kamu bantu saya, saya bantu kamu, untuk kita selesaikan persoalan ini demi kepentingan masyarakat," kata Bahlil Lahadalia saat menemui masa aksi.(maya/mitrapolritni).