Seorang Pedagang Di Terminal Lama Takengon Merasa di Teror Dan Diskriminasikan
BN Online ; Takengon- Seorang pedagang KFc dan ayam geprek di terminal lama takngon kabupaten Aceh tengah di teror dengan cara steling tempat di usaha di pecahkan dan di jatuh dari meja steling dan merada di diskriminasi karena orang merantau dan ayah kandung dari seorang wartawan media online, 31 Januari 2022
Paklek seorang pemilik steling tersebut mengungkapkan awal kejadian waktu jam 05.30 wib saya ke tempat jualan mau membersihkan tempat usaha untuk membersihkan steling tersebut karena hampir 6 bulan tidak berjualan karena istri membuka usaha kantin di dalam terminal dekat meunasah karena terminal payailang di bangun jadi pengangkutan penumpang pindah kmri semuanya jadi bantu istri sementara di kantin.
Waktu saya sampe di lokasi usaha saya melihat penutup steling tenda sudah terbuka dan steling yang kecil sudah terbuang ke bawa dan steling yang besar sudah pecah kacanya.
Paklek merasa merasa di teror akan kejadian ni dan merasa di diskriminasi karena saya orang merantau di Aceh tengah sudah lebih dari 14 tahun dan merasa ada sok premanisme di terminal lama takengon.
Saya hanya mencari nafkah di terminal lama takengon tidak pernah mengganggu orang, paklek tetap selalu bayar pajak kebersihan 17 000, keamanan 2000 dan bayar distribusi tempat usaha 5000 dan bila berjualan, kalo gak jualan saya tidak membayar semuanya, paklek bingung akan kejadian ini dan usaha baru di mulai lagi, steling di hancurkan orang, kan gak mungkin steling bisa jatuh sendiri dari meja dan kaca bisa pecah sendiri, kayak di pukul pake benda keras, apalagi semua steling tertutup tenda.
Pihak media sudah mengkonfirmasi terkait kejadian ini kepada kepala Dinas perhubungan jauhari yang punya wewenang di terminal lama takengon tipe C mengatakan emang betul terminal tersebut wilayah kerja saya dan masalah kejadian nanti kita duduk dengan siapa penjaga keamanan.
Paklek selaku korban dari pada kejadian berharap kepada Polres Aceh tengah agar mengusut terjadi teror dan anarkis tersebut agar tidak terjadi kepada pedagang lainnya dan seprofesi seperti sata, ungkapnya".(*)
Editor : Riga Irawan Toni