Namun,
jumlah angka stunting di Makassar perlahan mulai mengalami penurunan dari 2021.
Di mana pada 2021 angkanya 5.2 persen balita yang mengalami stunting di
Makassar. Sedangkan di 2022 sekitar 4,08 persen.
“Data dari
E-PPGBM. Jumlah penderita stunting di Makassar untuk tahun 2021 5,2 persen dan
untuk tahun 2022 kita menurun jadi 4,08 persen,” ucap Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat Dinas Kesehatan Makassar, Sunarti, Senin (31/07/2023).
Sedangkan
jumlah balita untuk tahun 2023, Sunarti mengaku belum mendapatkan datanya karena
masih tahap perampungan.
“Tahun 2023
ini belum ada hasilnya karena masih merampungkan pendataan, Ada 2 kali
pendataan dalam setahun yakni di bulan Februari dan Agustus,” ujarnya.
Sunarti
mengatakan faktor penyebab stunting karena kekurangan gizi sejak dalam
kandungan inilah yang juga bisa menjadi penyebab terbesar kondisi stunting pada
anak.
“Pola asuh
yang kurang efektif juga menjadi salah satu penyebab stunting pada anak. Pola
asuh di sini berkaitan dengan perilaku dan praktik pemberian makanan kepada anak,”
ujarnya.
Selain itu,
kata Sunarti, stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi, diantaranya,
faktor pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan diantaranya
layanan Antenatal Care pada ibu hamil.
“Juga
tingkat kehadiran anak di posyandu, kurangnya akses ke makanan bergizi,
kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi,” tukasnya.
Meski
trendnya positif, Suarti mengaku Pemerintah Kota Makassar, terus berupaya
melakukan percepatan penurunan stunting atau Makassar menuju zero stunting
untuk 2024, dengan membuat Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Makassar
yang diketuai Wakil Wali Kota Makassar Fatmawati Rusdi.(**)