H.Armadi:Kegiatan Bincang PKKG,Kuatkan Pengetahuan Kegayoan Orang Gayo.
BN Online ; Aceh Tengah-Salah satu tokoh masyarakat Gayo Jabodetabek, H. Armadi mengapresiasi kegiatan perbincangan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo (PKKG). “Saya mengikuti terus kegiatan perbincangan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, meski tidak bisa ikut langsung melalui Zoom Meeting. Seringnya, sedang ada kegiatan di luar. Makanya, tidak bisa ikut langsung. Syukurnya, ada publikasi media dan diteruskan ke group-group WhatsApp. Jadi, bisa tetap baca apa yang dibahas,” kata H. Armadi, Sabtu (23/7/2022)
Menurut H. Armadi, kegiatan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, sangat bermanfaat dalam penguatan publikasi dan penyebarluasan hasil-hasil penelitian dan kajian-kajian tentang Gayo. Termasuk, menguatkan pengetahuan kegayoan orang Gayo. “Banyak pengetahuan baru yang didapat. Yang sebelumnya tidak tahu, jadi tahu. Pendekatan kita, masyarakat Gayo juga pelan-pelan berubah. Sebelumnya, pendekatannya kekeberen, kene mu kene. Sekarang, berdasarkan penelitian, pengkajian, dan didukung dengan literatur,” sebutnya.
H. Armadi mengaku, pernah sekali mengikuti kegiatan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, bincang tutur Gayo. “Karena lagi di rumah, luang, alhamdulillah, saya bisa ikut. Pas bincang tutur Gayo. Setelah saya renungkan, apa yang disampaikan narasumber, Yusradi Usman al-Gayoni, yang sempat meneliti dan menulis buku tutur Gayo, benar. Tutur Gayo penting sekali. Melalui tutur, kita tahu posisi kita selaku anak, mana kerabat bapak, mana kerabat bapak, tutur apa yang mesti digunakan. Tutur juga menggambarkan penghormatan kita kepada orang tua,” pungkasnya.
Saat masih di Takengon, cerita H. Armadi, saat ibunya menyuruhnya ke tempat Pun-nya, dirinya langsung paham, Pun merupakan saudara laki-laki ibunya. Sebaliknya, kalau Ama, Ama Kul, Ama Lah, Ama Ucak, merupakan saudara laki-laki bapaknya. “Kalau sekarang, banyak anak-anak orang Gayo yang memanggil saudara laki-laki bapak atau saudara laki-laki ibunya dengan panggilan Om. Orang manggil Om, kita pun Om. Bisa jadi, orang beranggapan kita bukan orang Gayo. Karena, memanggil Om. Padahal, kita punya tutur Pun,” tegas H. Armadi.
Tutur Gayo, aku H. Armadi, kaya akan nilai-nilai, sejarah, sosial, budaya, dan menggambarkan identitas masyarakat Gayo. Di samping tutur, H. Armadi juga melihat adanya penurunan penggunaan bahasa Gayo dalam sejumlah ranah, khususnya di Tanoh Gayo sendiri. “Dalam keluarga, banyak anak-anak Gayo sekarang yang sudah berbahasa Indonesia. Dalam lingkungan di luar rumah pun, tetangga, seperti itu. Termasuk, dalam lingkungan yang lebih luas. Karenanya, perbincanganan yang digelar Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, penting. Apresiasi sekali lagi. Melalui kegiatan perbincangan dengan beragam topik dan dibahas secara berseri tersebut, diharapkan bisa menggugah kesadaran bergayo orang Gayo. Ini tentu mesti mulai dari kita dan keluarga kita masing-masing, untuk mengenalkan dan menggunakan tutur. Termasuk, bahasa Gayo. Lebih luas, Gayo secara keseluruhan. Kalau tidak, tutur dan bahasa Gayo khususnya bisa punah,” sebut H. Armadi.
Penulis : Aharuddin.
Editor : Riga Irawan Toni