"Kampung Awangan"
(Kampung dalam mimpi)
"Kampung Awangan"
(Kampung dalam mimpi)
BN Online ; Aceh Tengah-
Bismillahirrahmanirrahim.. Awal permulaan untuk cerita ini, sehingga yang menjadi misteri tidak akan menyeramkan jika kita berlindung pada Illahi rabbi. Cerita ini terjadi di Tanah Gayo, rasa-rasanya seperti berada di sekitar "Lut Kucak" Bener Meriah. Tepatnya pada bulan Ramadhan yang lalu bertemu sebuah kampung di atas perbukitan tersebut yang lumayan ramai penduduknya. Sekilas tidak ada yang aneh dengan kehidupan di kampung tersebut. Di kampung tersebut ada yang bertani, berdagang, dan kegiatan seperti yang dilakukan masyarakat pada umumnya.
Sebagian besar dari penduduk di kampung tersebut sangat taat beribadah, hanya sebagian kecil atau sekelompok yang bertingkah seperti preman dan saya menghindari kelompok tersebut karena tidak ingin terlibat masalah dengan kelompok kecil tersebut.
Kemudian kami berjalan mengelilingi kampung tersebut di dampingi oleh seorang dari kelompok mereka, seolah dia seperti "tour guide" bagi saya menjelaskan tentang keadaan kampung tersebut. Namun lama kelamaan orang-orang di kampung tersebut menatap saya dengan tatapan curiga bahwa saya tidak berasal dari kelompok mereka. Namun mereka tidak berani menegur saya karena mungkin menghormati teman yang mendampingi saya berkeliling kampung tersebut ataupun mereka belum yakin kalau saya bukan dari golongan mereka.
Saat berkeliling saya tertarik dengan makanan bulat yang tampak seperti bola-bola coklat yang dijajakan di pasar, tertarik untuk mencoba makanan tersebut saya memegang makanan tersebut. Namun teman saya melarang "jangan makan makanan mereka, nanti kamu tidak dapat keluar dari kampung ini" Begitu ujarnya. Dengan perasaan cemas saya letakkan kembali makanan tersebut dengan segera ke tempat semula.
Mulai semakin penasaran saya ingin mendokumentasikan kampung tersebut, sehingga saya pergi dan berdiri tepat di depan kantor desanya dan memperhatikan secara diam-diam papan nama di depan kantor desa tersebut. Belum sempat membaca tulisannya, malah tulisannya menghilang begitu saja. Namun karena masih penasaran dengan identitas kampung tersebut, saya bertanya kepada teman yang mendampingi tadi "apa nama kampung ini? " dia menjawab "ini namanya Kampung Awangan". Merasa berhasil mengorek informasi tentang kampung tersebut saya ingin segera kembali ke dunia nyata secepatnya. Karena ada perasaan takut di kampung tersebut, takut tidak bisa kembali dan terperangkap selamanya di kampung tersebut, lagi pula sepertinya orang-orang di kampung tersebut sudah mulai curiga kalau saya bukan dari dimensi mereka. Sehingga ingin cepat bergegas, saya bertanya pada teman " tour guide" tadi, "bagaimana cara kembali ke dunia saya, saya sudah mencoba kembali tapi tidak bisa? " lalu dia menjawab "ucapkan La ilaha illallah Muhammadar Rasulullah". Seketika itu juga saya melihat kegelapan seperti jatuh dari ketinggian, dan akhirnya sadar dari mimpi tersebut.
Jujur saya suka akhir cerita mimpi ini, karena apapun permasalahan kita kembali kepada Allah dan Rasul-Nya mungkin itulah petunjuk yang dapat diambil hikmahnya.
Saya bersyukur bisa kembali ternyata itu hanya mimpi biasa atau apa Wallahu'alam bi sawab...
(Iswan Aramiko)
Aharuddin.
Editor : Riga Irawan Toni